ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Jumat, 21 Agustus 2015

BAHAN KONTRAS RADIOGRAFI


Bahan kontras radiografi
Bahan Kontras adalah senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medis.
Bahan kontras yang digunakan dalam pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan atenuasi sinar X-(Bahan kontras positif) yang lebih luas akan dibahas di sini atau mengurangi atenuasi sinar-X (bahan kontras negatif dengan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging), tetapi metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat magnetik inti hidrogen menyerap bahan kontras. Bahan kontras MRI dengan sifat tersebut adalah Gadolinium. A. Sejarah Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan radiologi berasal dari Tuffier percobaan pada tahun 1897, di mana ia percobaan memasukkan kawat ke dalam ureter .. melalui ambang kekalahan, Mengakibatkan bayangan ureter di film radiografi. Percobaan selanjutnya dengan menggunakan cairan kontras untuk menggambarkan anatomi saluran kemih Kontras meliputi: koloid perak, bismut, natrium iodida, iodida perak, strontium chloride , dan sebagainya. Metode bertahap menjadi karena penyebab komplikasi berbahaya usang. Infeksi, trauma jaringan, emboli, dan deposit perak dalam ginjal efek samping yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dan kemudian ahli radiologi sepakat untuk pembaharuan megadakan dalam penggunaan media kontras dalam radiologi. Dan pada tahun 1928 seorang urolog, kerjasama Dr.Moses Swick dengan Prof.Lichtwitz, Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan temuan tentang media yang larut dalam air yodium kontras digunakan dalam pemeriksaan urografi intravena. Media kotras berhasil disintesis, diantranya dalah:. asam iodopyridone natrium-N-asetat disebut Urosectan-B (Iopax), dan natrium oidomethamate disebut Uroselectan-B (Neoiopax) radiografi baik dari segi jenis media kotras tersebut memberikan hasil yang memuaskan, tapi dari pasien masih menimbulkan efek samping, yaitu mual dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan teman-temannya terus berupaya untuk mengembangkan Iodopyracet yang sementara menggantikan posisi Neoiopax dapat dalam pemeriksaan urografi intravena. Bisnis mengembangkan media kontras terus. Mulai pertengahan 1950-an semua jenis kontras Media untuk digunakan dalam intravaskular untuk digunakan dalam intravaskular mulai mengalami perubahan. Periode ini dimulai media kontras intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasar dengan tiga atom yodium mengikat. Dari hasil tes membuktikan bahwa media kontras jenis ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis sebelumnya media kontras. Jenis-jenis media kontras diantarannya; acetrizoate dibuat pada tahun 1950, diatrizoate 1954, metrizoate 1961, iothalamate 1962, 1965 dan 1968. iodamide media kontras Akhirnya ioxithalamate juga dapat digunakan sebagai intravaskular berkelanjutan terus mengalami perbaikan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan osmolalitas merupakan kunci utama Terjadinya toksisitas pada pasien. Kemudian mulai tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah. Pada awalnya ia melakukan penelitian pada keluarga Metrizamide sebelumnya digunakan dalam pemeriksaan myelography. Dengan penciptaan media kontras larut air untuk pemeriksaan myelography, penggunaan intravaskular awal untuk dipelajari. Hasil akhir memberi cara terbaik untuk semua jenis pemeriksaan radiologi menggunakan media kontras iodium non-ionik yang larut dalam air oleh intravaskular Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X adalah barium dan iodium. Sebuah jenis bahan kontras lain panjang thorotrast dengan senyawa thorium dioksida dasar, tetapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti menjadi karsinogenik. B. Barium sulfat kontras barium sulfat materi, dalam bentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan dalam saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan kotoran. C. Yodium bahan kontras bahan kontras yodium dapat terikat dengan senyawa organik (non-ionik) atau ion majemuk. bahan ionik dibuat pertama dan masih banyak digunakan untuk bergantung pada pemeriksaan dimaksudkan. bahan ionik memiliki profil efek samping yang buruk. Senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak memisahkan molekul komponen. Banyak sisi efek yang disebabkan oleh solusi hiperosmolar yang disuntikkan, yaitu zat ini membawa atom lebih yodium per molekul. Semakin banyak yodium, maka kekuatan X-ray redaman meningkat. Ada banyak molekul yang berbeda. media kontras berbasis Yodium yang larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras yang dijual sebagai cairan berwarna solusi yang jelas. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I / ml. bahan kontras teriodinasi modern dapat digunakan di hampir semua bagian tubuh. Sebagian besar dari mereka digunakan secara intravena , tetapi untuk tujuan yang berbeda juga dapat digunakan sebagai intraarterial, intratekal (spinal) dan intraabdominally -. hampir seluruh rongga atau ruang tubuh potensial 1. Bentuk dan komposisi kimia. Berdasarkan tahapan komposisi pembangunan, bentuk dan kimia media kontras iodium dapat dibedakan: a. Sebelum 1950 Pada periode ini semua ionik media kontras yodium, yang dalam kimia mereka ada ikatan ion. Ion yang membentuk media kontras terdiri dari; kation dan anion. Sebagai contoh lainnya bentuk media kontras intravaskular disintesis sebelum 1950 adalah sebagai berikut:. b Mid-1950 Dari pertengahan 1950 didefinisikan dasar molekul penggunaan benzoat setiap molekul mengikat tiga atom yodium. Pada tahap perkembangan ini dibagi menjadi: 1) . ionik bahan Kontras ion yang membentuk media kontras yang terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Asam terikat pada kation radikal (-COO-) C1 rantai cincin benzena. Kation juga memberikan karakteristik kontras media, di mana setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa jenis kation yang digunakan dalam media kontras, termasuk:. a) Natrium (Sodium) Sifat natrium dalam media kontras adalah untuk mengurangi ketebalan (viskositas) , dan kurang menyebabkan reaksi anafilaksis karena dapat mengurangi zat mnuculnya histamin dihasilkan reaksi alergi. Di sisi lain, natrium lebih korosif terhadap sel endotel dan parenkim organ tertentu, sehingga lebih beracun dari zat-zat lain. B). Meglumine (NMG; N-Methylglucamine) meglumine memiliki sifat beracun lebih kecil dari sodium, tetapi meglumine memberikan efek diuretik (mengurangi konsentrasi iodium dalam urin). Pada jenis asam dan meglumine memimpin konsentrasi yang sama yang lebih kecil untuk peningkatan tekanan darah, bradikardia, dan kejang-kejang dari natrium. C). Ethanolamine Zat ini memiliki sifat yang tidak dimiliki oleh natrium maupub meglumine, yang tidak memiliki sifat beracun dan memiliki viskositas rendah, tapi zat ini menyebabkan vasodilatasi yang cukup kuat. Selain materi yang disebutkan di atas adalah kadang-kadang juga digunakan kation kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dari media kontras dalam pemeriksann radiologi tertentu biasanya merger antara beberapa jenis kation dalam jenis media kontras. (1). Bahan Kontras Ionik Monomer Material Kontras ionik manomer bahan ionik kontras bentuk yang memiliki satu cincin asam benzoat dalam satu molekul (1). dimer ionik bahan Kontras adalah media kontras ionik yang memiliki dua cincin di satu molekul asam benzoat. Salah satu contoh dari komposisi bentuk dan kimia dari jenis bahan kontras Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan kontras ionik dimer media yang dibuat pertama;. 2). bahan kontras non-ionik Du dalam komposisi kimia dari media kontras non-ionik belum ditemukan lagi ikatan ion antara atom yang membentuk molekul. Jika media kontras ionik, ada dua molekul penyususn partikel (kation dan anion) kemudian bahan kontras non-ionik hanya satu partikel penyusun sehingga molekul tersebut memiliki karakteristik sendiri. B). Non Sebaliknya ionik bahan Manomer bahan kontras berasal dari ion media kontras monomer yang dibentuk dengan mengganti gugus karboksil oleh kelompok-kelompok radikal yang amida non-ionik (-CONH2). 2). bahan kontras non-ionik Dimer Pembentukan struktur kimia kontras materi melalui proses penggantian gugus karboksil kontras ionik dimer Media juga oleh sekelompok radikal non-ionik, yang pada akhir sisntesa menghasilkan perbandingan yodium dengan kontras partikel media 6: 1. Bahan kontras yang digunakan umumnya yodium osmolalitas konsentrasi molekul yang aktif memberikan tekanan osmotik dari solusi, sehingga memberikan kemampuan pelarut (air) di membran. Bisa diungkapkan oleh milliosmol per liter (osmolaritas) atau milliosmol per kilogram air (H2O) pada 37 ° C (osmolalitas). osmolalitas itu tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung pada;. Jumlah partikel dan konsentrasi yodium Jumlah partikel dan konsentrasi yodium. Jumlah partikel dan konsentrasi yodium. Ionic bahan kontras memiliki sejumlah partikel yang lebih besar dari bahan kontras non-ionik karena dalam media kontras ionik, ada dua partikel (kation dan anion) sehingga osmolalitas adalah dua kali lebih besar. Side efek kontras yodium bahan obat-obatan modern yang aman; reaksi berbahaya dapat terjadi tetapi tidak umum. Efek samping utama radiocontrast adalah anafilaktif reaksi dan nefropati. Reaksi Anafilaktif reaksi anafilaktif langka (Karnegis dan Heinz, 1979 dkk, 1987;. Greenberger dan Patterson, 1998), tetapi dapat terjadi dalam menanggapi bahankontras disuntikkan atau oral dan rektal dan bahkan memperburuk pyelografi. Gejala mirip dengan reaksi anafilaksis, tetapi tidak disebabkan oleh respon imun IgE-mediated. Pasien yang memiliki riwayat reaksi kontras , berisiko tinggi untuk reaksi anafilaktif (Greenberger dan Patterson, 1988;. Lang et al, 1993). Pengobatan dini dengan kortikosteroid telah terbukti mengurangi timbulnya reaksi yang berbahaya (Lasser dkk., 1988; Greenberger et al., 1985; Wittbrodt dan Spinler, 1994). Reaksi anafilaktif dapat berkisar dari urtikaria dan gatal-gatal, untuk bronchospasma dan edema wajah dan laring. Untuk kasus urtikaria sederhana dan gatal-gatal, Benadryl (diphenhydramine) melalui mulut atau IV (intravena) dapat diberikan. Untuk reaksi yang lebih parah, antara lain bronchospasma dan edema leher atau wajah dapat diberikan albuterol inhaler atau epinefrin IV atau subkutan, ditambah diphenhydramine mungkin diperlukan. Jika respirasi terganggu, saluran udara harus dibebaskan. Nefropati Dihasilkan oleh Kontras Menengah Nefropati oleh kontras media dapat disebabkan baik oleh peningkatan kreatinin serum meningkat mutlak lebih besar dari 25% di kreatinin atau darah 0,5 mg / dL. Ada tiga faktor yang terkait dengan peningkatan risiko nefropati yang dipengaruhi oleh media kontras, yaitu: ginjal penurunan nilai sebelumnya (seperti penurunan kadar kreatinin <60 mL / menit (1.00 mL / detik), diabetes yang telah ada sebelumnya, dan volume intravaskular berkurang (McCullough, 1997); Scanlon et al., 1999). Bahan kontras Osmolalitas diyakini sangat berperan dalam nefropati. Idealnya, bahan kontras harus isoosmolar darah. Bahan kontras beriodium biasanya nonionik, jenis ion modern brondong penyebab biasa efek yang lebih berbahaya dan tidak digunakan lagi . Untuk meminimalkan risiko nefropati akibat kontras media, berbagai tindakan bisa dilakukan, semua yang telah dianalisis dalam meta-analisis, yaitu: 1. Kontras dosis menengah harus tetap rendah, meskipun ditmabhkan masih mampu untuk pemeriksaan . 2. Bahan kontras non-ionik 3. media kontras nonionik dan iso-osmolar. Satu percobaan terkontrol acak menemukan bahwa kontras nonionik bahan media kontras iso-osmolar lebih baik daripada non-ionik rendah osmolar. 4. Cairan intravena Hydrasi dengan larutan garam. Masih ada perbedaan pendapat tentang cara yang paling efektif untuk hidrasi cairan intravena. Salah satu metode adalah 1 mg / kg per jam selama 6-12 jam sebelum dan setelah pemberian kontras. 5. hidrasi cairan intravena dengan larutan garam ditambah natrium bikarbonat. Sebagai alternatif untuk hydrasi intravena dengan larutan garam biasa, memberikan natrium bikarbonat 3 mL / kg per jam selama 1 jam sebelum, diikuti dengan 1 mL / kg per jam selama 6 jam setelah pemberian bahan kontras dikenal lebih baik dari solusi dari garam dalam satu percobaan terkontrol acak. ini selanjutnya didukung oleh terkontrol secara acak percobaan multicenter, yang juga menunjukkan bahwa intravena natrium bikarbonat hydrasi baik terhadap normal saline 0,9%. efek renoprotektif bikarbonat dianggap disebabkan oleh alkalinisasi urin, yang menciptakan lingkungan yang lebih rentan terhadap pembentukan radikal bebas berbahaya. 6. N-asetilcystein (NAC). NAC, 600 mg per oral dua kali sehari, pada hari sebelum selama prosedur jika pelepasan clearance kreatinin diperkirakan kurang dari 60 mL / menit (1.00 mL / detik). Sebuah acak percobaan terkontrol menemukan dosis yang lebih tinggi NAC (1200 mg IV bolus dan 1200 mg secara oral dua kali sehari selama 2 hari) dapat membantu (pengurangan risiko relatif 74%) pasien yang menerima angioplasty koroner dengan volume yang kontras yang lebih tinggi. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa N-asetilcystein melindungi ginjal dari efek toksik bahan kontras (Gleeson & Bulugahapitiya 2004). Efek ini, tidak merata, beberapa peneliti (seperti Hoffman et al., 2004) telah mengklaim bahwa efek ini disebabkan oleh gangguan dengan uji laboratorium kreatinin itu sendiri. Hal ini didukung oleh kurangnya korelasi antara tingkat kreatinin dan cystatin C tingkat agen farmakologis lainnya, seperti furosemide, manitol, teofilin, aminofilin, dopamin dan peptida natriuretik atrial telah dicoba, tetapi tidak ada efek yang menguntungkan atau benar-benar memiliki efek berbahaya (Solomon et al. 1994; Abizaid et al., 1999). Reaksi Kemotoksik Pasien yang memiliki kelainan pada kelenjar tiroid sering mengalami kemotoksik reaksi setelah menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras. Bahkan terikat atom yodium dalam bahan kontras senyawa yang kuat tidak memberikan pengaruh yang besar. Dia sensitif hanya untuk ion iodida bebas kurang lebih terkandung dalam bahan kontras. Peningkatan asupan iodida yang menyebabkan tirotoksikosis. Kontribusi seafood dan alergi lainnya Berikut harus ditekankan bahwa tuduhan "alergi" makanan laut, yang sering lebih didasarkan pada mitos daripada fakta, bukan merupakan kontraindikasi yang cukup untuk penggunaan bahan kontras beriodum. Hubungan antara kadar yodium dalam makanan laut dan makanan laut alergi merupakan bagian dari bidang medis. Meskipun tingkat yodium dalam makanan laut lebih tinggi dari pada makanan non-laut , namun konsumsi yang terakhir melebihi yang pertama dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa isi seafood yodium yang terkait dengan reaksi untuk makanan laut (Coakley dan Panicek, 1997), Data yang tersedia menunjukkan alergi makanan laut dapat meningkatkan risiko reaksi dimediasi oleh jumlah bahan kontras yang kira-kira sama dengan alergi terhadap buah-buahan atau sama dengan yang menyebabkan asma (Shehadi, 1975). Dengan kata lain, lebih dari 85% dari pasien yang mengalami alergi makanan laut tidak akan memiliki Reaksi berbahaya untuk kontras beriodium (Coakley dan Panicek, 1997). Terakhir, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa reaksi di kulit antiseptik-topikal antiseptik yang mengandung yodium (betadin seperti, povidin) yang banyak hubungannya dengan administrasi bahan kontras IV (Coakley dan Panicek, 1997; bisa Kettle dan van den Berg, 1990). Gadolinium Gadolinium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik memiliki lambang Gd dengan nomor atom 64. Gadolinium menjadi superkonduktif di bawah suhu kritis1.083 K. Dan adalah sangat magnetik pada suhu kamar, dan pertunjukan sifat feromagnetik di bawah suhu kamar. Gadolinium menunjukkan efek magnetocaloric adalah peningkatan suhu ketika dalam medan magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet. Diakrenakan alam paramagnetiknya solusi organik kompleks gadolinium dan senyawa gadolinium digunakan secara intravena sebagai bahan kontras untuk keperluan pencitraan medis magnetic resonance imaging (MRI). dihasilkan kontras gambar yang di variasi MRI Gadolinium dipengaruhi oleh perubahan T1 dan T2 jaringan. T1 dan T2 nilai diubah oleh perubahan jumlah fluktuasi medan magnet dekat inti. gadolinium paramagnetik lapangan dengan berosilasi bidang menghasilkan banyak. Secara umum, kontras gambar dalam MRI diperoleh oleh jaringan yang memiliki afinitas yang lebih tinggi (tarikan gravitasi) atau vaskularisasi yang lebih daripada jaringan lainnya. Misalnya tumor memiliki serapan Gd lebih besar dari sekitarnya jaringan menyebabkan T1 tumor lebih pendek sehingga sinyal yang dihasilkan lebih kuat. Selain MRI, gadolinium (Gd) juga digunakan dalam teknik pencitraan lain. Pada pemeriksaan X-ray, gadolinium yang terkandung dalam lapisan fosfor yang terkandung dalam matriks polimer pada detektor. TB-doped gadolinium oxysulfide (Gd2O2S: Tb) pada lapisan fosfor mengubah sinar-X menjadi cahaya tampak. Gd dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 540Nm (spektrum cahaya hijau = 520 - 570nm), yang bermanfaaat digunakan dalam film fotografi. Gadolinium oxyorthosilicate (GSOadalah kristal tunggal yang digunakan sebagai sintilator pada peralatan pencitraan medis seperti Positron Emission Tomography (PET). Sintilator lain baru-baru ini untuk mendeteksi neutron adalah cerium-doped gadolinium orthosilicate (GSO - Gd2SiO5: Ce). Di masa depan, gadolinium etil sulfat, yang memiliki karakteristik kebisingan sangat rendah, dapat digunakan dalam maser. Selanjutnya, gadolinium ini gerakan magnet yang tinggi dan suhu Curie rendah (hanya pada suhu kamar) adalah aplikasi komponen magnetik untuk panas dan dingin.Menyebabkan menindera neutron penampang yang sangat tinggi gadolinium, elemen ini sanagt efektif digunakan dalam radiografi neutron.







































































Selasa, 02 Juni 2015

JENS-JENIS RADIASI


Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir, reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.


Radiasi ionisasiBeberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup untuk mengionisasipartikel. Secara umum, hal ini melibatkan sebuah elektron yang 'terlempar' dari cangkangatom elektron, yang akan memberikan muatan (positif). Hal ini sering mengganggu dalam sistem biologi, dan dapat menyebabkan mutasi dan kanker.

Jenis radiasi umumnya terjadi di limbah radioaktif peluruhan radioaktif dan sampah.

Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh Ernest Rutherford, AlfaBeta, dan sinar gamma. radiasi tersebut ditemukan melalui percobaan sederhana, Rutherford menggunakan sumber radioaktif dan menemukan bahwa sinar menghasilkan memukul tiga daerah yang berbeda. Salah satu dari mereka menjadi positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan salah satu dari mereka yang negatif. Dengan data ini, Rutherford menyimpulkan radiasi yang terdiri dari tiga sinar. Beliau memberi nama yang diambil dari tiga huruf pertama dari abjad Yunani yaitu alfabeta, dan gamma.


Radiasi Ionisasi
1. Radiasi alpha (α)

Peluruhan Alpha adalah jenis peluruhan radioaktif di mana inti atom memancarkan partikel alpha, dan dengan demikian mengubah (atau 'meluruh') menjadi atom dengan nomor massa 4 kurang dan nomor atom 2 kurang. Namun, karena massa partikel yang tinggi sehingga memiliki sedikit energi dan jarak yang rendah, partikel alfa dapat dihentikan dengan selembar kertas (atau kulit).



2.Radiasi beta (β)

peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel beta (elektron ataupositron) dipancarkan.Radiasi beta-minus (β⁻)terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi. radiasi ini kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar gamma.Elektron seringkali dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter logam. radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam nukleus, melepaskan partikel beta dan sebuah antineutrino. Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti β⁻, peluruhan β+ tidak dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan energi, massa neutronlebih besar daripada massa proton. peluruhan β+ hanya dapat terjadi di dalam nukleusketika nilai energi yang mengikat dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energi ini masuk ke dalam reaksi konversi proton menjadi neutronpositron danantineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel.



3.Radiasi gamma (γ)

Radiasi gamma atau sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomiklainnya seperti penghancuran elektron-positron. Radiasi gamma terdiri dari foton dengan frekuensi lebih besar dari 1019 Hz. Radiasi gamma bukan elektron atau neutron sehingga tidak dapat dihentikan hanya dengan kertas atau udara, penyerapan sinar gamma lebih efektif pada materi dengan nomor atom dan kepadatan yang tinggi. Bila sinar gammabergerak melewati sebuah materi maka penyerapan radiasi gamma proporsional sesuai dengan ketebalan permukaan materi tersebut.


Radiasi non-ionisasi
Radiasi non-ionisasi, sebaliknya, mengacu pada jenis radiasi yang tidak membawa energi yang cukup per foton untuk mengionisasi atom atau molekul. Ini terutama mengacu pada bentuk energi yang lebih rendah dari radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, gelombang mikro, radiasi terahertz, cahaya inframerah, dan cahaya yang tampak). Dampak dari bentuk radiasi pada jaringan hidup hanya baru-baru ini telah dipelajari. Alih-alih membentuk ion berenergi ketika melewati materi, radiasi elektromagnetik memiliki energi yang cukup hanya untuk mengubah rotasi, getaran atau elektronik konfigurasi valensi molekul dan atom. Namun demikian, efek biologis yang berbeda diamati untuk berbagai jenis radiasi non-ionisasi


1.Radiasi Neutron

Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari neutron bebas. Neutron ini bisa mengeluarkan selama baik spontan atau induksi fisi nuklir, proses fusi nuklir, atau dari reaksi nuklir lainnya. Ia tidak mengionisasi atom dengan cara yang sama bahwa partikel bermuatan seperti proton dan elektron tidak (menarik elektron), karena neutron tidak memiliki muatan. Namun, neutron mudah bereaksi dengan inti atom dari berbagai elemen, membuat isotop yang tidak stabil dan karena itu mendorong radioaktivitas dalam materi yang sebelumnya non-radioaktif. Proses ini dikenal sebagai aktivasi neutron.




2.Radiasi elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik mengambil bentuk gelombang yang menyebar dalam udara kosong atau dalam materi. Radiasi EM memiliki komponen medan listrik dan magnetik yang berosilasi pada fase saling tegak lurus dan ke arah propagasi energi. Radiasi elektromagnetik diklasifikasikan ke dalam jenis menurut frekuensi gelombang, jenis ini termasuk (dalam rangka peningkatan frekuensi): gelombang radiogelombang mikro, radiasi terahertz, radiasi inframerah, cahaya yang terlihat, radiasi ultravioletsinar-X dansinar gamma. Dari jumlah tersebut, gelombang radio memiliki panjang gelombangterpanjang dan sinar gamma memiliki terpendek. Sebuah jendela kecil frekuensi, yang disebut spektrum yang dapat dilihat atau cahaya, yang dilihat dengan mata berbagaiorganisme, dengan variasi batas spektrum sempit ini. EM radiasi membawa energi danmomentum, yang dapat disampaikan ketika berinteraksi dengan materi.

3.Cahaya
Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang terlihat oleh mata manusia (sekitar 400-700 nm), atau sampai 380-750 nm. Lebih luas lagi, fisikawan menganggap cahaya sebagai radiasi elektromagnetik dari semua panjang gelombang, baik yang terlihat maupun tidak.

4.Radiasi termal
Radiasi termal adalah proses dimana permukaan benda memancarkan energi panas dalam bentukgelombang elektromagnetik. radiasi infra merah dari radiator rumah tangga biasa atau pemanas listrik adalah contoh radiasi termal, seperti panas dan cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah bola lampu pijar bercahaya. Radiasi termal dihasilkan ketika panasdari pergerakan partikel bermuatan dalam atom diubah menjadi radiasi elektromagnetik. Gelombang frekuensi yang dipancarkan dari radiasi termal adalah distribusi probabilitas tergantung hanya pada suhu, dan untuk benda hitam asli yang diberikan oleh hukum radiasi Planckhukum Wien memberikan frekuensi paling mungkin dari radiasi yang dipancarkan, dan hukum Stefan-Boltzmann memberikan intensitas panas.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi

Efek Radiasi Bagi Manusia


Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik. 
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.
Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya. Radiasi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Termasuk dalam katagori radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion :
1.  Efek Genetik
Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang menerima radiasi, karena perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa keturunan.
2.  Efek Somatik
Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut. Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain :
  1. Efek Stokastik
Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi pengion. Dosisradiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
Ciri – ciri efek stokastik :
i.      Tidak mengenal dosis ambang
ii.      Timbul setelah masa tenang yang lama
iii.      Dosis radiasi tidak  mempengaruhi keparahan efek
iv.      Tidak ada penyembuhan spontan. Contoh : kanker & penyakit turunan
2.   Efek Non-Stokastik (Deterministik)
Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Ciri-ciri Efek Non Stokastik :
i.      Punya dosis ambang
ii.      Timbul beberapa saat setelah radiasi
iii.      Adanya penyembuhan spontan
iv.      Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.
contoh :luka bakar, sterilitas, dan katarak
Ketika melewati materi, maka sinar-X akan mengalami interaksi dengan materi   tersebut. Dari interaksi tersebut, akan timbul efek yang melalui 4 tahapan, antara lain :
  1. Tahap Fisika
Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat setelah terkena radiasi. Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi atom atau molekul.
Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di dalam sel dan menyebabkan ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan sebagai :
H2O —> H2O+ + e-
Dimana H2O+ adalah ion positif dan e- adalah ion negatif
2.  Tahap Kimia – Fisika
Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara kimiawi. perubahan ini diakibatkan oleh antara lain:
a.  Efek langsung
b.  Efek tidak langsung
Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan molekul air lainnya yang menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai contoh, ion positif terdisosiasi :
H2O+ —> H+ OH-
Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang selanjutnya terdisosiasi
H2O+ + e- —> H2O
H2O- —> H + OH-
Sehingga produk dari reaksinya adalah H+ , OH- ,H dan OH. Dua ion pertama, yang ada dalam sebagian besar air, tidak mengambil bagian dalam reaksi berikutnya. Dua produk lainnya, H dan OH disebut radikal bebas, yaitu mereka yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan dan secara kimia sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen peroksida H2O2, yang merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk dengan reaksi:
OH + OH —> H2O2
3.   Tahap kimia
Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi dengan molekul-molekul organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan oksidan dapat menyerang molekul komplek yang membentuk koromosom. Misalnya, sebagai contoh , radikal tersebut dapat mengikatkan dirinya ke molekul atau menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.
4.    Tahap Biologi
Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun bergantung pada gejala khusus yang muncul. Perubahan kimia yang didiskusikan diatas dapat mempengaruhi sel individu dalam berbagai cara, misalnya :
  1. Kematian sel lebih awal
  2. terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel
  3. perubahan tetap pada sel turunannya
Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
B.    Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis  sel lainnya.
C.     Radiasi dengan DNA
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.
D.    Radiasi dengan Kromosom
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.
Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah :
  1. Fragmen Asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer,
  2. Kromosom cincin,
  3. Kromosom Disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer
  4. Translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau   lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis dan lainnya..  
E.    Radiasi dengan Sel
Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bisa kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.
F.     Pemanfaatan Radiasi
Pada jaman modern ini terdapat banyak sekali sumber radiasi buatan manusia. Di dunia kedokteran radiasi justru dimanfaatkan dalam diagnosa maupun proses penyembuhan penyakit. Alat-alat yang digunakan merupakan sumber radiasi yang memberikan dosis serapan amat tinggi pada manusia. Oleh sebab itu sangat tidak dianjurkan seorang pasien mengalami radiasi berkali-kali dalam tempo yang tidak begitu lama. Dosis radiasi beberapa aktivitas medis dapat kita lihat dalam tabel-4.
Perlu dicatat bahwa dosis pada tabel-4 itu hanya berlaku untuk sekali aktivitas saja. Selain itu waktu radiasinya juga singkat sekali dan sasaran radiasi terlokalisir di bagian tubuh tertentu. Terapi radiasi untuk kanker yang berdosis 5 juta mrem hanya digunakan dalam waktu singkat dan daerah sasarn yang seminimal  mungkin yaitu bagian yang memang dikehendaki mati sel-selnya. Jika radiasi itu dikenakan ke seluruh tubuh matilah orang yang teradiasi berdasarkan tabel-2. Di Amerika Serikat tiap orang menerima kira-kira 80 mrem per tahun dari aktivitas medis yang dilakukannya.

Sumber radiasi buatan lain yang cukup besar adalah aktivitas tenaga nuklir, mulai dari penambangan uranium, pengayaannya, penggunaannya dalam reaktor nuklir, pembuangan sampah nuklir, sampai dengan percobaan senjata nuklir. Jika faktor kecelakaan diabaikan, dosis yang timbul akibat aktivitas tenaga nuklir ini per tahunnya.

G. Dosis dan Gejala Respon Radiasi pada Reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang dihasilkan. Pengaruh radiasi pada produksi sel sperma tidak dapat diketahui segera setelah terpajan radiasi, tetapi dalam waktu sekitar 2 bulan kemudian. Dosis radiasi 0,15 Gy sudah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma (oligospermia). Dosis sampai 2 Gy menyebabkankan sterilitas sementara selama sekitar 1 – 2 tahun. Menurut ICRP 60, dosis ambang sterilitas permanen adalah 3,5 – 6 Gy. Radiasi pada laki-laki tidak mempengaruhi libido secara nyata.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi. Radiasi dapat menyebabkan strilitas atau menopause dini. Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik yang dikenal dengan efek pewarisan terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom sel sperma dan sel telur. Perubahan kode genetik yang terjadi akibat pajanan radiasi akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Tapi sampai saat ini belum ada bukti adanya efek pewarisan pada manusia akibat radiasi. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
Beberapa tahapan perkembangan spermatogonia menjadi spermatid adalah sangat radiosensitif. Hal ini terutama ditemukan pada efek radasi pada fraksi yang berbeda tahap perkembangan fase S yang dapat diukur dengan sitometri alir dalam waktu singkat (15 menit) dan cara yang tepat. Dosis radiasi serendah 0,1 Gy dapat terdeteksi. Keunggulan dari uji sperma ini adalah sensitivitasnya yang cenderung tinggi dan hanya dibutuhkan waktu pendek untuk analisis. Dan kenyataan bahwa pajanan radiasi pada gonad diukur tidak lagi merupakan keunggulan utama karena diketahui risiko genetic pada manusia mungkin jauh lebih rendah daripada perkiraan semula. Kelemahan dari uji ini adalah memilki kendala yakni hanya untuk populasi laki-laki, testis pun dipastikan berada pada medan radiasi,. Metodenya invasive dan memerlukan peralatan mahal (flow cytometer). Analisis segera setelah pajanan (hingga 2 hari) tidak dimungkinkan. Tidak ada informasi untuk manusia, dan data pada mencit terbatas serta hanya untuk radiasi gamma dan sinar-X, iradiasi akut dan dosis tunggal.
Pada pria, jaringan sistem reproduksi bersifat radioresisten kecuali testis (berisi sel-sel radiorsisten yakni spermatozoa matang dan sel-sel radiosensitif yakni spermatogonia sel muda). Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, sesudah itu deplesi sperma matang (maturation depletion). Fertilitas periodenya bervariasi sesudah radiasi tergantung radioresistensi sel-sel matang, kemudian diikuti sterilitas (sementara/permanen) tergantungt dosis radiasi. Sterilitas permanen dapat ditimbulkan oleh dosis akut 500-600 rad. Dosis 250 rad menimbulkan sterilitas sementara yakni selama 12 bulan. Bahaya lain yang dapat terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin diteruskan pada generasi berikutnyapada periode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan kerusakan kromosom dalam spermatozoa.
Pada instalasi rumah sakit seperti pemeriksaan radiodiagnostik dan kedoktean nuklir tidak menimbulkan sterilitas karena dosis yang diberikan tergolong rendah. Dosis rendah kronik dapat menimbulkan perubahan kromosom (mutasi pada generasi kemudian). Sementara pada radioterapi, dosis total yang diberikan mampu mengakibatkan sterilitas disamping perubahan kromosom. Maka dari itu, harus selalu dilindungi dari radiasi hambur bila lapangan penyinaran dekat dengan testis. Perlu diketahui juga bahwa impotensi tidak disebabkan oleh dosis sterilitas. Pada wanita, dikenal dengan namanya ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovum berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang merupakan yang paling radiosensitive, sementara folikel kecil yang paling radioresisten dan folikel besar (matang) tergolong cukup sensitif.
Sel-sel dalam ovum tidak membelah secara konsisten, menggantikan sel yang hilang selama menstruasi. Ovum dilepas dari folikel matang pada ovulasi, diikuti fertilisasi atau kalau tidak terjadi maka terjadi menstruasi. Pada dosis sedang mampu menimbulkan fertilitas di periode awal karena folikel matang agak resisten yang dapat melepaskan ovum. Selanjutnya diikuti sterilitas sementara atau bahkan permanen dikarenakan kerusakan ovum dalam folikel sedang. Fertilitas mungkin terjadi karena maturasi folikel kecil yang radioresisten. Kemungkinan terjadinya sterilitas adalah pada dosis yang melebihi 625 rad. Wanita mudah biasanya justru lebih radiosensitif.
Pada pemeriksaan radiodiagnostik dan kedokteran nuklir, dosis rendah tidak menyebabkan sterilitas tapi menyebabkan perubahan kromosom. Sementara pada radioterapi yang menggunakan dosis radiasi yang sangat tinggi untuk membunuh kanker, hal ini dapat menimbulkan bahaya rangkap yakni kerusakan kromosom dan sterilitas. Dosis sterilitas dapat menyebabkan menopouse nyata walaupun usianya belum tergolong menopause.
sumber :
 http://ueu201232091.student.esaunggul.ac.id/2012/12/21/efek-radiasi-bagi-manusia/

AUTOMATIC PROCESSING



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Salah satu proses penting dalam radiografi adalah prosedur pengolahan yangmengubah gambaran laten yang diciptakan oleh x-ray menjadi gambar radiografi.Prosedur ini memerlukan  bantuan dari cairan kimia fotografi. Bidang teknologi radiologi terus berkembang menjadi lebih otomatis dan mekanisuntuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat diklinik atau instalasi radiologi . Selama jumlah hasil rontgen yang diproduksi setiap hari meningkat, metode pengolahan film-film ini lebih cepat menjadi sebuah kebutuhan. Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari proses manual dan sekarang digunakan banyak rumah sakit.
Proses pengolahan otomatis menyediakan sarana pengolahan kualitas filmsecara lebih tepat waktu. Peralatan tersebut sangat kompleks dan proses ini jauh lebih bersih. Waktu pemrosesan bervariasi dari mesin ke mesin, berkisar dari 90detik ke sembilan menit. Sebagai perbandingan, proses manual membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1-1/2 jam untuk sebuah film benar-benar kering.
Beberapa perusahaan produsen prosesing otomatis dan mereka semua beroperasi pada prinsip dasar yang sama.Tetapi terdapat sedikit variasi antara produk dari produsen yang berbeda, Produsen akan memberikan data spesifik pada jenis yang digunakan dalam fasilitas medis. Proses otomatis menggunakan prinsip yang sama seperti prosessing manual dengan perubahan dalam larutan dan suhu untuk memberikan waktu  proses lebih cepat. Prosesor otomatis terdiri dari sistem dasar - sistem transportasi, sistem sirkulasi dan filtrasi, sistem pengisian,sistem pengubah, dan sistem pengering. Sistem dasar ini ditemukan di semua prosesing. Oleh karena itu, dengan mempelajari bagaimana cara kerjanya, kita akan memahami pengoperasian semuanya dan memiliki pengalaman tentang kerusakan untuk menyesuaikannya. Sistem yang akan dibahas secara terpisahsehingga peran setiap sistem dalam siklus pengolahan dapat divisualisasikan.

I.2 RUMUSAN MASALAH
1)    Jelaskan  pengertian pengolahan film secara otomatis ?
2)    Alasan digunakannya Automatic Processing
3)    Tahapan pengolahan film secara otomatis 
4)    Sistem transportasi film

I.3 TUJUAN PENULISAN
1)    Mengetahui pengertian dari pengolahan film secara otomatis 
2)    Mengetahui perlunya digunakan automatic processing 
3)    Mengetahui bagaimana tahap dari automatic processing
4)    Mengetahui system transportasi Film 

I.4 MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca dapat mengetahui Tentang Pengolahan Film secara otomatis

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Pengolahan Film Secara Otomatis
Dalam dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya dengan cara manual, tetapi ada pengolahan film dengan cara lain yaitu pengolahan film secara otomatis (automatic processing). Automatic processing mempunyai pengertian pengolahan film yang dilajukan secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya dilakukan oleh manusia.
Dalam automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film masuk ke developer, ke fixer hingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering. Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seperti pada pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan beberapa saaat sebelum akhirnya kering.


II.2 Alasan Digunakannya Automatic Processing
Automatic processing saat ini banyak digunakan hampir di setiap rumah sakit. Hal ini disebabkan karena alasan-alasan di bawah ini :
*      Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat
Karena pengolahan film dilakukan oleh mesin maka total waktu yang dibutuhkan hingga film selesai dip roses membutuhkan waktu yang cukup singkat. Pada beberapa mesin prosesing, total waktu pengolahan film bervariasi mulai dari yang paling lama 120 detik hingga yang paling cepat 90 detik.
*      Pekerjaan yang dilakukan lebih praktis dan bersih
Cairan yang digunakan untuk mengolah film, semua berada di dalam mesin, sehingga tidak akan terjadi tetesan air di kamar gelap seperti halnya pada pengolahan film secara manual. Selain itu pekerjaan pengolahan film ini menjadi praktis, karena tidak lagi diperlukan hanger untuk menjepit film sebagaimana pada manual, sebab mesin automatic processing memiliki roller yang salah satu fungsinya adalah menjepit film selama prosesing berlangsung.
*      Pengolahan film mempunyai waktu yang standar
Karena mesin yang melakukan pengolahan, maka waktu pengolahan film telah diatur berapa lamanya oleh mesin ini. Pada pengolahan film secara manual waktu untuk pengolahan film untuk setiap orang yang mengerjakannya bisa berbeda satu sama lain, hal ini dikarenakan pendapat tiap orang berbeda dalam menentukan apakah gambaran yang dihasilkan sudah cukup baik atau tidak mengingat dalam pengolahan manual film yang sedang dip roses di developer bisa dilihat di bawah safelight.
*      Kamar gelap yang digunakan relative lebih kecil dibanding manual processing, bahkan untuk beberapa jenis mesin prosesing tertentu ada yang tidak memerlukan kamar gelap (day light system).
*      Total cost untuk keseluruhan biaya bisa lebih murah disbanding dengan manual. Harga satu alat automatic processing terkesan memang mahal, tetapi dengan penggunaan automatic processing tidak dibutuhkan lagi kamar gelap tang besar, ini artinya ada penghematan tempat. Selain itu penghematan waktu juga terjadi mengingat waktu pengolahan film otomatis lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan film secara manual. Ini berarti pasien yang bisa dikerjakan pada waktu tertentu, jumlahnya bisa lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan pengolahan film secara manual.

III.3 Tahapan Pengolahan Film Secara Otomatis
Prinsip yang digunakan pada pengolahan film secara otomatis sebenarnya sama dengan pengolahan film secara manual. Namun pada pengolahan film secara otomatis tidak terdapat tahapan rinsing. Hal ini dikarenakan tahapan rinsing telah digantikan oleh roller yang berada di dalam mesin automatic processing. Tahapan-tahapan yang ada pada automatic processing adalah Developing, Fixing, Washing dan Drying.

Semua tahapan di atas sama dengan manual seperti bagaimana proses di developer, fixer hingga masuk ke dryer. Perbedaannya hanya pada proses ini cairan yang digunakan untuk developer dan fixer tidak boleh yang berjenis powder.
Developer dan fixer untuk pengolahan film secara otomatis hanya boleh dari jenis liquid. Hal ini disebabkan pada developer dan fixer dari jenis powder masih ada beberapa Kristal dari developer dan fixer yang tidak larut dalam cairan sehingga jika digunakan pada mesin automatic processing, kristal ini dapat menempel pada roller yang kemudian akan berakibat tergoresnya film saat roller menjepit film.

III.4 Sistem Transportasi Film
Jika membahas mengenai pengolahan film secara otomatis, maka sudah pasti dibahas mengenai system transportasi film karena bagian-bagian lain sama dengan pengolahan film secara manual dan sudah pernah dibahas pada bab sebelumnya. Sistem transportasi film pada pengolahan film secara otomatis meliputi system film masuk (feeding system) dan system roller.
*       

  • Sistem Film Masuk (Feeding System)

Sistem film masuk meruapakan system yang bekerja saat film mulai masuk ke dalam mesin automatic processing. Sistem film masuk ini terdiri dari dua jenis yaitu manual dan otomatis. Berikut dari masing-masing system tersebut :
*      Sistem Manual
Untuk yang manual, system film masuknya (feeding system) menggunakan microswitch yang diletakkan diatas roller pada tempat masuknya film (feed tray). Cara kerjanya adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan menekan roller ke atas. Tekanan ini akan mengaktifkan microswitch. Bila microswitch aktif, maka semua mekanik dari mesin prosesing akan bergerak, termasuk system roller dan replenisher.
*      Sistem Otomatis
Untuk yang otomatis, system film masuknya (feeding system) menggunakan detector infrared yang diletakkan pada tempat masuknya film (feed tray).Cara kerjanya adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan memutus hubungan infrared. Pemutusan hubungan infrared ini akan mengaktifkan semua mekanik dari mesin processing yang meyebabkan mesin akan bergerak, termasuk system roller dan replenisher.

  • *      Sistem Roller

Roller adalah silinder yang akan mentransportasikan film di dalam mesin prosesing. Roller terbuat dari bahan yang tidak korosif atau tidak bereaksi terhadap cairan prosesing seperti developer dan fixer. Bahan yang biasa digunakan adalah nylon, atau stainless steel yang dibungkus dengan rasin-epoxy. Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roller penggerak film pada tangki cairan :
a.   Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam mesinpada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedang beroperasi.
b. Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitarisusunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
c.  Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utamadijalankan oleh motor penggerak. Melalui serangkaian roda gigi, gir, gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari penggerak utama.

Pada pembahasan mengenai roller ini, pembahasan akan terbagi menjadi dua yaitu fungsi roller dan susunan roller.
1)        Fungsi Roller
Roller dalam pengolahan film secara otomatis mempunyai fungsi sebagai berikut :
·      Menggerakkan film dengan kecepatan sama pada setiap kompartemen.
Film yang masuk ke dalam mesin prosesing, akan ditransportasikan dan digerakkan oleh roller ini. Roller ini akan menjepit film di kedua sisinya, kemudian bergerak dengan kecepatan yang sama, sehingga film akan terbawa. Film ini bergerak dengan kecepatan yang sama pada setiap kompartemen (ruangan), maksudnya di ruangan developing, fixing, dan washing.
·         Untuk memeras film yang membawa cairan prosesing.
Saat film masuk ke developer, maka film akan membawa cairan ini pada tahap berikutnya.
Pada system manual, sebelum masuk ke dalam fixer, film akan masuk ke rinsing terlebih dahulu untuk proses pembilasan. Pada system otomatis peran rinsing digantikan dengan roller. Saat membawa film dengan cara menjepit dan menggerakkannya, maka dengan sendirinya film akan diperas oleh roller. Itulah mengapa pada system pengolahan film otomatis tidak memerlukan rinsing.
·         Memberi kontribusi terhadap agitasi cairan.
Agitasi yang biasa dilakukan pada system pengolahan film manual dilakukan oleh manusia, pada system pengolahan film secara otomatis dilakukan oleh roller. Dengan pergerakan roller maka secara otomatis akan menggetarkan film itu sendiri. Ini berarti telah terjadi agitasi.

2)          Susunan Roller
Roller yang digunakan pada mesin automatic processing, disusun sedemikian rupa sehingga film yang berada di dalam mesin akan terjepit sempurna saat melewati kompartemen yang berisi cairan prosesing. Susunan roller yang berada di dalam mesin automatic processing terbagi menjadi dua yaitu :
·         Roller yang disusun berhadapan
Pada jarak tertentu terdapat dua roller yang disusun berhadapan. Dengan susunan seperti ini roller bisa menjepit film secara sempurna, sehingga tidak terjadi kemacetan transportasi film (film jamming) di dalam mesin. Pada susunan ini jumlah roller yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan susunan lain.
·         Roller yang disusun secara zig-zag
Pada susunan ini, roller disusun secara zig-zag, artinya jika pada sebelah kanan terdapat roller, maka roller berikutnya ada dibagian bawah di sebelah kiri jadi tidak berhadapan seperti pada susunan di atas.
Pada susunan roller seperti ini, masih ada kemungkinan film mengalami kemacetan pada transportasi (film jamming). Susunan seperti ini membutuhkan lebih sedikit roller dibandingkan dengan susunan di atas.
Pada ujung atas dan bawah susunan roller, baik pada susunan roller yang saling berhadapan maupun susunan roller secara zig-zag, terdapat bagian yang disebut dengan guide plate. Guide plate adalah semacam lempengan yang terbuat dari logam anti korosif biasanya terbuat dari stainless steel, yang berfungsi untuk mengarahkan film menuju roller yang berada pada kompartemen berikutnya. Dengan adanya guide plate ini, film tidak akan kehilangan arah sehingga akan masuk ke kompartemen berikutnya secara tepat melalui transportasi roller.

III.5 Pengoperasian Automatic Processing

  • a)    Awal Pengoperasian

1.    Buka kran air pembilas dan katup tangki pengisian.
2.    Hidupkan semua saklar.
3.    Biarkan 15 menit untuk pemanasan cairan.
4.    Buka penutup prosesing. Putar roda gigi dan bersihkan rol denganspons basah atau kain. Lap rol stainless steel dan pelat developer. Hal ini harus dilakukan setiap kali telah mesin dioperasikan cukup lamauntuk bahan kimia yang mengering pada roller.
5.    Periksa permukaan dalam tangki prosesing dan tangki pengisian.Periksa aliran air pembersih
6.    Periksa filer air
7.    Masukkan film kedalam prosesing dan sesuaikan ukuran aliran untuk tingkat pengisian yang benar.
8.    Pasang kembali penutup prosesing lalu periksa rangkaian rolpengering.
9.    Pastikan semua penutup dan panel di tempatnya.
10. Jalankan film pembersih untuk membersihkan roler, yang terendacairan. Jangan menggunakan kain pembersih.
11. Pastikan developer dan air pembersih telah stabil pada suhu yang tepat


  • b)    Feeding Film

1.    Tempat film di tray input prosesing dan dorong sampai rolermenariknya. (Lihat rekomendasi pabrik untuk petunjuk lengkapnya.)
2.    Ketika indikator bunyi berbunyi, tandanya prosesing siap diisidengan film lain


c)    Selama Operasi.

1.    Lihat pengisian dan aliran air sesekali.
2.    Lihat air pembersih dan termometer developer sesekali.
    
   d)    Menghentikan

1.    Matikan semua switch.
2.    Buka cover dan bersihkan dengan spons basah atau kain. Gunakanalas bukan logam untuk kotoran membandel dan bahan kimia.
3.    Bersihkan rol stainless stell dan periksa bahwa putaran roller bebasdari noda dan kemudian pasang penutupnya.
4.    Bersihkan roller pengering.
5.    Siram bak di bawah tangki cairan
6.     Lap zat kimia yang menempel pada processing.
7.     Matikan air pembersih.
8.    Untuk mencegah berkarat, biarkan tutup pengering dan prosesing terbuka sedikit ketika mesin tidak berjalan.


  • e)    Posisi diam

1.    Untuk mengatasi pekerjaan darurat pada malam hari atau selama masa-masa sepi lainnya, biarkan hanya tombol pemanas dan pengering tetap menyala.. Kemudian, ketika switch lain diaktifkan,mesin siap untuk memproses.
2.    Juga biarkan katup terbuka pada saat air pembilas dingin mengisiuntukpenggantian air yang panasnva.
3.    Untuk menghemat waktu, putar switch lainnya sebelum memprosesfilm.


  • f)     Melepaskan Film Tersumbat.

(1) Lembar film.
(a) Biarkan prosesing tetap menyala 
(b) Buka penutup prosesing di depan tumpukan film. 
(
c) Lepaskan film pada titik itu untuk menghindari lagi film yangmenumpuk.Masukan  film ke dalam tangki berisi air untuk mencegah film saling menempel.
(d) Atasi film tersumb
at. Matikan sirkulasi, jika susunan roler telah dipindahkan.
(e) Lepaskan film di 
dalam susunan roler yang dekat dengan titik sumbatan.
(f) Menentukan penyebab 
sumbatan dan memperbaiki sumbatan. 
             
(2) Roll film.
(a) Matikan prosesing
(b) Potong 
film.
(c) Bersihkan 
film dari rangkaian roler 
  • g)    Ukuran waktu pemrosesan

(a) Jumlah waktu yang dibutuhkan fil melewati proses pencucian denganrentang waktu antara45-210second
(b) Jenis film, temperature dan ukuran replenishmen menentukan waktupemrosesan.
Table ukuran waktu pemrosesan pada tiap cairan danpengering:

WAKTU PEMROSESAN
DEVELOPER
20-25 secs
FIXER
20 secs
WASH
20 secs
DRYER
25-30 secs


III.6 PEMELIHARAAN AUTOMATIC PROCESSING
Jadwal perawatan prosesing dapat dilakukan secara teratur dalam urutanperawatan dan mencegah kerusakan . lihat catatan pemeliharaan dan perawatanpada manual operator. Ikuti pemeliharaan yang telah di tentukan. Mengingat bahwa pemeliharaan sangat penting.
*      Perawatan  harian
1.    Sebelum prosesing automatic dinyalakan:
*      Buka tutup processing, cek keadaan cairan developer, fixer, dan air.
*      Periksa suhu cairan
*      Periksa pH larutan.
*      Periksa warna dan  bau dari cairan
*      Periksa ukuran larutan pada tangki
*      Periksa tangki replenishmen.
*      Periksa selang karet tangki replenishmen untuk menghindariselang menekuk atau bocor.
*      Periksa kecepatan pengisian replenishmnen
*      Tempatkan pipa saluran air dengan kedudukan yang tepat.
*      Nyalakan air dan periksa bahwa tangki air telah terisi.
*      Bersihkan bagian permukaan luar mencakup tray alur masuknyafilm dan tempat keluarnya film.
*      Bersihkan penutup tangki.
*      Periksa kebersihan sekitar bagian dalam prosesing.
*      Tempatkan kembali plat pengarah alur film dan penutup tangki.

2.    Prosesing automatic dinyalakan :
*      Nyalakan tombol prosesing, (tombol kecil manual pada penutup tangki.)
*      Dengarkan apakah ada suara yang tidak normal atau terjadi getaran.
*      Periksa system penggerak film.
*      Periksa system kerja pengisian replenishmen.
*      Lakukan satu proses tes prosesing dengan menggunakan film 35 x43 cm (jangan dilakukan pada proses pencucian film )
*      Periksa proses pembersihan film, masukkan film ke dua biladirasakan perlu.
*      Periksa operasional prosesing sampai kondisi tanpa suara yang janggal dan sampai kondisi normal.
*      Tempatkan kembali penutup prosesing

3.    Operasional normal prosesing automatic
*      Ikuti instruksi pengoperasian
*      Respek terhadap beberapa suara yang tidak normal, perubahandalam pengoperasian, kebocoran atau kerusakan pada film yangdiproses
*      Jangan menarik film yang telah di tarik oleh roler pada saat prosespencucian.

4.    Prosesing otomatis dimatikan :
*      Tombol prosesing mati
*      Buka penutup prosesing. Ingat penutup prosesing bila dibuka tidak akan bisa beroperasi, tetapi bila perlu untuk menyalakannya adatombol kecil untuk mengoperasikannya. (lihat petunjuk pemeliharaan.)
*      Tempatkan kembali penutup prosesing, tinggalkan sedikit celahuntuk menghindari penguapan dan pengembunan cairan danmenghindari mengencernya cairan.
*      Pintu kamar gelap dibuka untuk system ventilasi.
*      Tulis semua hasil pemeriksaan dan laporkan hasilnya

*      Perawatan mingguan
-          Ikuti aturan perawatan pabrik.
-          Cek suhu cairan, untuk developer.
-          Bandingkan dengan beberapa aturan di instalasi dan  recommendasi pabrik Sesuaikan  bila diperlukan
-          Periksa kecepatan tangki pengisian replenishmen, Sesuaikan bila diperlukan
-          Buka dan bersihkan semua rangkaian dalam roler dan tangki cairan dengan air panas..
-          Periksa untuk fungsi yang benar pada semua prosesing automatik, bisa digunakan apa tidak
-          Periksa batang penggerak utama roler dan rangkaian penggerak
-          Cek system pengering film
-          Cek filter air.
-          Servis pada ahlinya untuk pemeliharaan yang di recommendasikan daripabrik.
-          Laporkan semua kerusakan

*      Perawatan bulanan.
-          Ikuti aturan perawatan pabrik.
-          Periksa semua rangkaian dan  komponen penggerak roler.
-          Periksa system kelistrikan.
-          Periksa system pemanas cairan
-          Bersihkan filter air.
-          Bersihkan tangki replenishmen dan siram  selangnya.
-          Buang sisa bahan kimia dalam  tangki replenishmen.
-          Bersihkan sub komponen alat pengolah seperti roller transport system,bak larutan kimia pompa-pompa larutan repenishmen, air dll dari kerak atau kemacetan system penggerak, atau tergantung beban kerja alat.
-          Keringkan semua tangki cairan developer dan fixer, bersihkan dan isi kembali dengan cairan yang baru.
-          Untuk alternatif pemeriksaan cairan, bila dibutuhkan  untuk diganti maka gantilah  sesuaikan dengan beban kerja prosesing.
-          Servis pada ahlinya untuk pemeliharaan yang di recommendasikan dari pabrik bila dirasa perlu.
-          Laporkan semua kerusakan

*      Perawatan tahunan
-          Servis prosesing automatik kepada unit servis yang ditentukan olehpenyedia alat.

*      Catatan pemeliharaan:
-          Jika ada hal-hal yang perlu di catat untuk semua prosedur qualitycontrol, perawatan dan perbaikan dapat lolos.
-          Catat semua bagian pembelian
-          Catat semua pengeluaran
-          Periksa secara berkala , perbaikan, biaya-biaya dan kualitas untuk citraradiografi.2. Dengan pemeriksaan dan prosesing digunakan dengan benar maka akan:
-          Sedikit gangguan
-          Sedikit penurunan waktu
-          Menekan biaya perawatan Lebih efisien dan Pekerjaan yang  lebih puas



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengolahan film secara otomatis yaitu pengolahan film yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya dilakukan oleh manusiaPengolahan film secara otomatis juga dikenal dengan dry to dry. Pada pengolahan film secara otomatis tidak terdapat tahapan rinsing, karena rinsing telah digantikan oleh roller yang berada di dalam mesin automatic processing. Sistem transportasi film pada pengolahan film secara otomatis meliputi film masuk (feeding system) dan system roller, dan pengolahan film secara otomatis lebih singkat dari pada pengolahan film secara manual.
SARAN
Walaupun pengolahan film secara otomatis lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan film secara manual, namun kita harus tetap berhati-hati dalam melakukan pencucian dan perlu adanya ketelitian pada saat melakukan pencucian, agar supaya hasil pencucian dapat memuaskan.









Daftar Pustaka :
Ball, J and Price, T., Chesney’s Radiographic Imaging, Blackwell Scientific Publications, London (1990)
Jacobi, C. and Paris, D., Textbook of  Radiographic Technology, The C.V Mosby Company (1997)
Jenkins, D., Radiographic Photography and Imaging Processes, Aspen Publisher, Inc., Rockville, Maryland (1980)
G. J. van der Plaats, Medical X-ray Technique : principles and application, Thomas, Michigan University, 1965

sumber : http://id.scribd.com/doc/97423351/Makalah-Automatic-Film-Processing-2

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons